Felecia,
Tessa Vanina Soetanto
ABSTRACT
This
article is about quality costs analysis to improve industrial competitiveness,
through a
study
case at food ingredients industry. The purpose of this quality costs analysis
is to know
quality
cost resources which are not efficient. The first condition shows that 90% of
total quality costs is used as prevention cost and 8% as internal failure cost.
The final condition after analysis and improvement shows no more internal failure
and the average quality costs is reduced by 9.66%.
Keywords:
quality cost analysis, food ingredients industry.
1.
PENDAHULUAN
Tingkat
persaingan yang tinggi menuntut perusahaan untuk menghasilkan produk yang
berkualitas tinggi dengan harga murah, sehingga perusahaan perlu memberikan perhatian
serius terhadap biaya kualitas. Analisa yang tepat terhadap biaya kualitas memungkinkan
perusahaan untuk mengetahui sumber-sumber biaya kualitas yang tidak effisien
sehingga dapat diambil tindakan yang tepat dan sesuai untuk mengatasinya. Effisiensi
biaya kualitas pada akhirnya juga akan menurunkan biaya produksi dan meningkatkan
daya saing perusahaan di pasar. Artikel ini bertujuan untuk mendefinisikan
elemen-elemen biaya kualitas, malakukan analisa terhadap komposisi biaya
kualitas, menemukan peluang untuk mengurangi biaya kualitas, dan sekaligus
meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan. Metode penelitian yang
digunakan adalah melakukan studi kasus di sebuah industri bahan baku makanan.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi dan Pengelompokan Biaya Kualitas
Biaya
kualitas (Campanella, 1999) merupakan biaya-biaya yang timbul dari semua kegiatan
yang bertujuan untuk mencegah, menilai, dan memperbaiki kualitas dari produk/jasa
yang dihasilkan oleh suatu industri. Biaya-biaya tersebut dapat dikelompokkan
berdasarkan metode Prevention Apprisal Failure (PAF) menjadi: § Biaya
pencegahan. Biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan.
Biaya ini meliputi biaya yang berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan, dan
pemeliharaan sistem kualitas. § Biaya penilaian. Biaya yang terjadi untuk
menentukan apakah produk atau jasa telah sesuai dengan persyaratan-persyaratan
kualitas. § Biaya kegagalan Internal. Biaya yang terjadi karena adanya
ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa
dikirimkan ke pihak luar(pelanggan). § Biaya kegagalan eksternal. Biaya yang
terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan dan
diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan. Biaya ini
dapat menyebabkan reputasi yang buruk, kehilangan pelanggan, dan penurunan
pangsa pasar. Elemen biaya kualitas untuk setiap jenis industri berbeda-beda
karena disesuaikan dengan kondisi masing-masing proses dan karakteristik
kualitas dari produk/jasa yan dihasilkan, tetapi pengelompokan dengan metode
PAF berlaku secara umum bagi semua jenis industri.
2.2
Pelaporan Biaya Kualitas
Pelaporan
biaya kualitas harus disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan dan kepada
siapa akan dilaporkan (Dale et al., 1995). Top level manager membutuhkan
informasi yang bersifat global untuk analisa dan keputusan jangka panjang. Middle
level manager membutuhkan informasi dari masing-masing departemen
untuk analisa da keputusan jangka menengah. Sedangkan low level manager mambutuhkan
informasi detail dari setiap bagian pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
sehingga dapat membuat analisa dan keputusan jangka pendek.
2.3
Analisa Biaya Kualitas
Analisa
terhadap biaya kualitas dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Dua
metode yang paling dikenal dan mudah untuk digunakan, yaitu (Dale et al., 1995)
trend analysis dan pareto chart. Trend analysis digunakan
untuk membandingkan data sekarang dengan data masa lalu. Trend analysis dapat
memberikan informasi mengenai rencana jangka panjang dan penilaian terhadap
program peningkatan kualitas. Melalui trend analysis bisa dilihat pergerakan
biaya kualitas dari waktu ke waktu sehingga dapat dilakukan penilaian.
Pareto
chart adalah histogram dari faktor-faktor yang
mempunyai kontribusi terhadap permasalahan kualitas, dibuat mulai dari yang
mempunyai frekuensi paling banyak sampai dengan yang mempunyai frekuensi paling
rendah. Kegunaan dari pareto chart untuk melihat bagian mana yang
paling vital, yang nantinya akan dilakukan perbaikan pada bagian yang paling
vital tersebut.
3.
STUDI KASUS PADA INDUSTRI BAHAN BAKU MAKANAN
Studi
kasus dilaksanakan pada industri bahan baku makanan sebuah perusahaan bahan-bahan
makanan dan minuman yang sangat memperhatikan kualitas produknya. Sebagian
besar dari bahan dasarnya merupakan produk-produk import. Pihak
perusahaan menyadari pentingnya penampilan fisik dan ketahanan produk dalam
jangka waktu masa simpan (expiry date) sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam menentukan pilihan. Perusahaan berusaha untuk melakukan
peningkatan kualitas dalam hal penampilan fisik dan ketahanan produk melalui penyempurnaan
pada formula produk sehingga dihasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Sejauh ini, perusahaan belum pernah melakukan perhitungan detail dari
biaya-biaya yang ada, khususnya penerapan biaya kualitas. Perhitungan terhadap
biaya kualitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengeluaran perusahaan
untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik, sehingga perusahaan
dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan keuntungan. Keuntungan dapat
meningkat tanpa peningkatan sales, tetapi melalui penghematan pada
komponen biaya kualitas, khususnya biaya kegagalan internal (Sugiarto, 2003).
Penelitian
dilakukan pada produk “A” yang berfungsi sebagai pengembang dan pelembut roti.
Berikut ini adalah elemen-elemen biaya kualitas pada industri bahan baku makanan
setelah dikelompokkan dengan metode PAF. Biaya pencegahan terdiri dari biaya
perencanaan mutu, biaya pengendalian mutu,dan biaya pemeliharaan peralatan,
biaya pelatihan mutu, biaya pengembangan produk biaya kalibrasi, dan biaya
konsultasi. Biaya penilaian terdiri dari biaya pemeriksaan dan biaya kalibrasi,
dan biaya konsultasi. Biaya penilaian terdiri dari biaya pemeriksaan dan pengujian
bahan baku yang dibeli, biaya pemeriksaan kualitas pada saat proses produksi, biaya
pemeriksaan dan pengujian kualitas produk jadi. Biaya kegagalan internal
terdiri dari: biaya rework dan biaya downgrading.
Selanjutnya,
biaya kegagalan eksternal terdiri dari biaya pelanggan. Dari penelitian diketahui
bahwa selama satu tahun terakhir tidak ada klaim dari konsumen. Industri bahan
baku makanan tersebut memberikan perhatian yang sangat besar pada biaya
pencegahan, hal ini dapat dilihat melalui elemen-elemen biaya pencegahan yang lebih
beragam. Selain itu dari Tabel 1, Gambar 1, dan Gambar 2 dapat diketahui bahwa
persentase
biaya pencegahan mendominasi komposisi biaya kualitas mereka hingga 90%
dari
total biaya kualitas. Internal failure hanya berkisar 8%.
Bulan
|
Biaya
Pencegahan
(Rp)
|
Biaya
Penilaian
(Rp)
|
Biaya
Kegagalan
Internal
(Rp)
|
Total
(Rp)
|
Mei
2002
|
2769753,03
|
13115,58
|
31392,83
|
2814261,44
|
Juni
2002
|
2675371,24
|
48648,06
|
0
|
2720600,28
|
Juli
2002
|
2781931,68
|
48648,06
|
0
|
2830579,74
|
Agustus
2002
|
2905089,43
|
45153,70
|
0
|
2950243,13
|
September
‘02
|
2902351,04
|
54129,86
|
0
|
2956480,90
|
Oktober
2002
|
2946088,50
|
45640,64
|
31392,83
|
3023121,97
|
November
2002
|
2706276,20
|
59871,30
|
603429,86
|
3369577,36
|
Desember
2002
|
2365347,43
|
68454,66
|
31082,97
|
2464885,06
|
Januari
2003
|
2823249,36
|
64799,82
|
576000,00
|
3463049,18
|
Febuari
2003
|
2936677,15
|
28727,55
|
576000,00
|
3541404,70
|
Kondisi
1
|
27812135,06
|
473770,21
|
1849298,49
|
30135203,76
|
Maret
2003
|
2594965,29
|
58639,16
|
0
|
2653604,45
|
April
2003
|
2848659,21
|
40970,18
|
0
|
2889629,39
|
Kondisi
2
|
5443624,50
|
99609,34
|
0
|
5543233,84
|
Kondisi
1 adalah keadaan awal penelitian dimana masih ditemukan biaya kegagalan internal
sebesar 8% pada produk yang diamati. Pada periode tersebut perusahaan sedang
berusaha mengembangkan komposisi dari produk mereka guna mengatasi kecacatan
dari produk “A” tersebut. Hal ini dapat diamati melalui total biaya
pengembangan produk yang sangat tinggi. Elemen biaya kegagalan internal di
perusahaan yang lebih besa berasal dari rework terhadap produk cacat. Setelah
diketahui bahwa biaya kualitas yang tinggi berasal dari biaya pengembangan produk
yang dibutuhkan untuk mengurangi kegagalan internal, maka perusahaan memandang
biaya ini sebagai biaya yang dibutuhkan untuk menjamin kualitas produk “A”
tersebut. Apabila komposisi yang tepat dari produk “A” telah ditemukan maka
biaya kegagalan internal yang ada saat ini akan berkurang. Biaya kegagalan
internal sendiri hanya terdiri atas dua elemen yaitu rework dan downgrading
yang keduanya merupakan akibat dari produk yang cacat. Satu-satunya cara menekan
biaya kegagalan internal adalah melalui pengembangan produk “A”. Jadi kedua
kelompok biaya tersebut saling berkaitan.
4.
KESIMPULAN
Hasil
dari studi kasus di industri bahan baku makanan menunjukkan bahwa elemen biaya
kualitas mereka memiliki porsi yang sangat besar untuk biaya pencegahan. Hal
ini dikarenakan kegagalan sekecil apapun apabila sampai ke tangan konsumen dapat
berdampak fatal, oleh sebab itu akan lebih baik apabila dicegah sejak awal.
Kondisi seperti ini mungkin tidak akan ditemukan di industri yang lain karena
setiap industri memiliki karakter dan penyebaran biaya kualitas yang
berbeda-beda. Elemen biaya kualitas yang besar tidak selalu harus ditekan atau
dihilangkan begitu saja. Perlu dicari penyebab dan hubungan dengan elemen biaya
yang lain. Unruk kasus di industri bahan baku makanan biaya pencegahan yang besar
dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kegagalan pada produk “A”. Setelah komposisi
yang optimal berhasil ditemukan dapat dilihat biaya kegagalan menjadi 0% dan
rata-rata total biaya kualitas per bulan justru berkurang sebesar 9.66%.
Perusahaan dapat meningkatkan daya saingnya di pasar ketika biaya kualitas
produk dapat berkurang.
DAFTAR
PUSTAKA
Campanella,
J., 1999. Principles of Quality Costs: Principles, Implementation,
and Use,
3rd
ed., Milwaukee: ASQ Quality Press.
Dale,
B.G., J.J. Plunkett, 1995. Quality Costing, 2nd ed., London: Chapman
& Hall.
Feigenbaum,
A. V., 1983. Total quality control, 3th ed., New York: McGraw-Hill.
Juran,
J.M., F. M. Gryna, 1988. Juran's Quality Control Handbook , 4th ed., New
York:
McGraw-Hill.
Montgomeri,
D.C., 2001. Introduction to Statistical Quality Control, 4th ed., John
Wiley
&
Sons.
Sugiarto,
N., 2003. “Analisa Biaya Kualitas di PT. Hakiki Donarta Surabaya”, Tugas
Akhir
S1 No. 01/0734/IND/2003, Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen
Petra,
Surabaya.
link :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar