I Wayan Surata
Abstract
Manual materials handling has been identified as the
most common cause of workrelated musculoskeletal disorders. Among the manual
material handling activities, lifting has long been regarded as an activity
associated with a high risk of low-back pain. Lifting studies have mainly
focused on the squat and stoop lifting techniques as an effort to improve the protection
of workers from low back discomfort. However, neither is ideal and the benefits
of one technique over another have proved inconclusive. The purpose of this
study was to examine and compare the squat and stoop lifting techniques through
analysis of muscles activation by using electromyography. Six volunteers
participated in the study, and were required to lift a weight with squat and
stoop techniques, with two types of loading at 1,7 kg and 6,7 kg. Observations were
made on the rectus femoris, biceps femoris, and multifidus muscles. The results
of study showed that the squat technique had higher levels of muscle activation
compared to stoop technique on rectus femoris muscle. On the contrary, squat
technique had lower muscle activation compared to stoop technique on biceps
fermoris muscle. Meanwhile, both techniques squat and stoop had the same level
of muscle activation on multifidus muscle. Conclusion, squat and stoop lifting
techniques had the same opportunities to use.
Keywords: Electromyography, squat, stoop,
muscles activation, musculoskeletal.
Pendahuluan
Penanganan bahan secara manual atau manual
materials handling (MMH) mengacu pada pelaksanaan pekerjaan yang
melibatkan manusia sebagai sumber tenaga. MMH tediri dari mengangkat, menurunkan,
mendorong, menarik, membawa dan memegang.
Selama mengangkat bahan, seseorang memindahkan benda
dari satu lokasi ke lokasi lainnya dengan melawan gravitasi. Ada tiga
ketinggian dalam pekerjaan mengangkat dan menurunkan bahan yaitu dari lantai
sampai ke lutut, lutut ke bahu, dari bahu ke jangkauan lainnya. Pekerjaan
mengangkat melibatkan berat, bentuk, ukuran benda dan postur pekerja. Postur
adalah konfigurasi tubuh untuk memulai suatu aktivitas. Perbedaan bahan yang
ditangani memerlukan postur tubuh yang berbeda pula. Benda dapat diangkat
dengan tiga cara yaitu teknik squat (punggung lurus), teknik stoop (kaki
lurus), dan semi-squat atau disebut juga free style yaitu
kombinasi antara teknik squat dan teknik stoop (Ayoub and Mital
[1], Oborne [17]). Untuk memprediksi gaya-gaya otot yang timbul akibat variasi
cara mengangkat digunakan alat Electromyography (EMG).
EMG adalah teknik untuk mengevaluasi dan mencatat
signal aktivasi otot. EMG mendeteksi potensial listrik yang dihasilkan oleh
sel-sel otot ketika sel-sel tersebut sedang berkontraksi. EMG memegang peranan
yang sangat penting dalam memahami fungsi otot. Analisis ergonomi sering
menggunakan EMG ketika membandingkan tekanan otot skeletal yang berhubungan
dengan berbagai macam sikap kerja, postur, layout tempat kerja, dan
desain peralatan (Marras [14], Kumar and Mital [11]). Banyak penelitian di
bidang ergonomi dan kesehatan kerja yang berkaitan dengan MMH, perancangan
tempat kerja, biomekanik, dan pekerjaan yang sifatnya repetitif dianalisis
menggunakan EMG (Gant et al. [5], Nou et al. [16], Kumashiro
[12], Khoiri [9], Theado et al. [21]). Mengangkat dan menurunkan benda
telah lama dipandang sebagai kegiatan yang berkaitan dengan faktor risiko
tinggi berkembangnya keluhan tulang belakang (Staker [19], Kingma et al. [10],
O’Brien and O’Sullivan [18], Lee et al. [13], Mawston and Boocock [15]).
Usaha untuk meminimumkan cidera tulang belakang dan mengurangi biaya kompensasi
telah dilakukan dengan memberi instruksi cara mengangkat beban yang aman.
Pencegahan risiko cidera dalam mengangkat beban menjadi sangat penting untuk
menjaga kesehatan pekerja di industri. Para praktisi merekomendasikan bahwa
teknik squat dianggap lebih aman dibandingkan teknik stoop (Kingma
et al. [10], Bazrgari et al. [2]). Teknik stoop telah
dihindari karena diyakini mengakibatkan resiko cidera yang lebih besar selama
mengangkat beban. Beberapa hasil penelitian mendukung hipotesis ini.
Metode Penelitian
Subyek
Enam relawan laki-laki dengan umur antara 20-30tahun
berpartisipasi sebagai subjek pada penelitian ini. Semua subjek tidak pernah
mengalami keluhan tulang belakang, atau kondisi patologi pada lutut. Teknik squat
ditandai dengan posisi awal sudut lutut 45o dan punggung ke depan dengan
sudut lebih kecil dari 30o (Wang et al. [22], Straker [19]). Pemegangan
dilakukan dengan menekuk kaki, sementara punggung dijaga tetap lurus dan aksi
pengangkatan utama terjadi sebagai hasil melurusnya lutut yang dikenal dengan
mengangkat dengan kaki (leg lift).
Teknik stoop dicirikan dengan posisi awal
punggung membungkuk sekitar 90o dan sudut lutut lebih besar dari 35o (Wang et
al. [22], Straker [19]). Lutut dijaga lurus, sementara pinggang dan lengan
ke arah depan untuk memegang benda. Pengangkatan dilakukan dengan meluruskan
daerah lumbar tulang belakang dan sendi pinggul, cara ini dikenal dengan
mengakat dengan pinggang (back lift).
Instrumentasi
Pengukuran aktivasi otot menggunakan Surface
Electromyography (SEMG) dengan sistem telemetri. Unit peralatan
terdiri dari komputer, perekam, penerima, unit transmisi, amplifier,
elektrode, dan kabel-kabel penghubung.
Prosedur Penelitian
Sebelum pemasangan elektrode, lokasi kulit tempat
menempelnya elektrode digosok dengan amplas khusus kemudian dibersihkan dengan
alkohol untuk mengurangi tahanan kulit agar terjadi kontak permukaan yang baik.
Selanjutnya dilakukan pengambilan data maximum voluntary contraction (MVC)
terhadap otot yang menjadi sasaran penelitian dalam hal ini adalah otot multifidus,
otot rectus femoris, dan otot biceps femoris. Ketiga jenis otot
ini terpapar saat melakukan gerakan mengangkat beban baik dengan teknik squat
maupun dengan teknik stoop. Subjek diinstruksikan memegang kotak
pada pegangan yang ada pada kedua sisinya secara
simetris. Kotak yang dipakai berdimensi 39 cm x 27
cm x 23 cm (panjang x lebar x tinggi). Kotak diletakkan 10 cm di depan ibu jari
kaki, sehingga kotak tidak menyentuh kaki ketika diangkat. Subjek melaksanakan
angkatan dengan teknik squat dan stoop dari lantai sampai
setinggi lutut dalam waktu 5 detik. Percobaan dilakukan dengan dua variasi
pembebanan yaitu beban dengan berat 1,7 kg yang merupakan berat kotak dalam
keadaan kosong, dan beban dengan berat 6,7 kg, yaitu berat kotak ditambah berat
piringan baja 5 kg. Sinyal EMG direkam dan diolah menggunakan fungsi root
mean square (RMS). Setiap aktivasi otot dinormalisasikan terhadap
hasil percobaan MVC-nya.
Hasil dan Pembahasan
Data pengukuran tingkat aktivasi masing-masing otot
target telah dinormalisasikan terhadap MVCnya. Hasil pengukuran untuk beban
angkat 1,7 kg disajikan dalam Tabel 1, dan untuk beban angkat 6,7 kg disajikan
dalam Tabel 2. Mengangkat beban dengan teknik squat menghasilkan tingkat
aktivasi otot lebih tinggi dibandingkan dengan teknik stoop pada otot rectus
femoris, baik pada beban kategori ringan 1,7 kg (Tabel 1), maupun pada
beban kategori sedang 6,7 kg (Tabel 2).
Tabel
1. Data tingkat
aktivasi otot pada beban angkat 1,7 kg
No
|
Teknik squat (% MVC)
|
Teknik stoop (% MVC)
|
||||
Rectus femoris
|
Biceps femoris
|
Multifidus
|
Rectus femoris
|
Biceps femoris
|
Multifidus
|
|
1
|
51,00
|
22,00
|
60,00
|
5,00
|
50,00
|
80,00
|
2
|
49,00
|
30,00
|
75,00
|
8,00
|
58,00
|
60,00
|
3
|
41,00
|
38,00
|
64,00
|
7,00
|
52,00
|
65,00
|
4
|
21,00
|
23,00
|
56,00
|
5,00
|
44,00
|
55,00
|
5
|
24,00
|
47,00
|
55,00
|
8,00
|
46,00
|
58,00
|
6
|
32,00
|
72,00
|
56,00
|
8,00
|
55,00
|
59,00
|
Rerata
|
36,33
|
38,66
|
61,00
|
6,83
|
50,80
|
62,80
|
SD
|
12,67
|
18,86
|
7,64
|
1,47
|
5,30
|
9,02
|
Tabel 2. Data tingkat aktivasi otot pada beban angkat 6,7 kg
No
|
Teknik squat (% MVC)
|
Teknik stoop (% MVC)
|
||||
Rectus femoris
|
Biceps femoris
|
Multifidus
|
Rectus femoris
|
Biceps femoris
|
Multifidus
|
|
1
|
70,00
|
33,00
|
72,00
|
12,00
|
70,00
|
80,00
|
2
|
52,00
|
42,00
|
75,00
|
2,80
|
68,00
|
64,00
|
3
|
60,00
|
18,00
|
77,00
|
4,20
|
70,00
|
62,00
|
4
|
42,00
|
55,00
|
78,00
|
8,00
|
80,00
|
84,00
|
5
|
43,00
|
70,00
|
74,00
|
4,50
|
60,00
|
61,00
|
6
|
34,00
|
25,00
|
68,00
|
11,00
|
50,00
|
56,00
|
Rerata
|
50,10
|
40,50
|
74,00
|
7,08
|
66,33
|
67,80
|
SD
|
13,21
|
19,41
|
3,63
|
3,83
|
10,23
|
11,35
|
Sebaliknya teknik squat menghasilkan tingkat
aktivasi otot lebih rendah dibandingkan teknik stoop pada otot biceps
femoris. Pada otot multifidus tidak ada perbedaan tingkat aktivasi
otot secara bermakna antara teknik squat dan teknik stoop. Ketiga
jenis otot yang diteliti memiliki kecenderungan yang sama, yaitu tingkat
aktivasi otot meningkat dengan betambahnya beban yang diangkat. Perbedaan
teknik yang digunakan pada saat mengangkat beban, memberikan hasil aktivasi
otot yang berbeda pula.
Otot Rectus Femoris
Otot rectus femoris merupakan bagian dari
kelompok otot quadriceps. Rerata tingkat aktivasi otot rectus femoris
untuk beban angkat 1,7 kg dengan teknik squat 36,33 ± 12,67, dan
dengan teknik stoop 6,83 ± 1,47, nilai ini berbeda bermakna. Untuk beban
angkat 6,7 kg dengan teknik squat 50,10 ± 13,21 dan dengan teknik stoop
7,08 ± 3,83, perbedaan ini bermakna. Secara grafik hubungan antara tingkat
aktivasi otot rectus femoris terhadap beban yang diangkat. Gradien
peningkatan aktivasi otot pada teknik squat lebih besar dibandingkan
pada teknik stoop yang cendrung datar, artinya penambahan beban yang kecil
saja akan mengakibatkan aktivasi otot sangat tinggi pada teknik squat.
Otot Biceps Femoris
Otot biceps femoris merupakan bagian dari
kelompok otot hamstrings. Tingkat aktivasi otot biceps femoris untuk
beban angkat 1,7 kg dengan teknik squat 38,66 ± 18,86, dan dengan teknik
stoop 50,80 ± 5,30, nilai ini berbeda tidak bermakna. Untuk beban angkat
6,7 kg dengan teknik squat 40,50 ±19,41 dan dengan teknik stoop 66,33
± 10,23, nilai ini berbeda bermakna. Hubungan tingkat aktivasi otot biceps
femoris dengan beban yang diangkat. Gradien peningkatan pada teknik stoop
lebih besar dibandingkan pada teknik squat yang cendrung datar,
artinya penambahan beban sedikit saja, teknik stoop akan meningkatkan
aktivasi otot yang lebih besar.
Otot Multifidus
Tingkat aktivasi otot multifidus untuk beban
angkat 1,7 kg dengan teknik squat 61 ± 7,64, dan dengan teknik stoop 62,80
± 9,20, perbedaan ini tidak bermakna. Untuk beban angkat 6,7 kg dengan squat
74,00 ± 3,63 dan dengan stoop 67,80 ± 11,35, perbedaan ini juga tidak
bermakna. Hubungan tingkat aktivasi otot multifidus dengan beban yang
diangkat. Gradien peningkatan pada teknik squat relatif lebih besar
dibandingkan pada teknik stoop.
Simpulan
Teknik squat dan teknik stoop memiliki
peluang yang sama untuk digunakan dalam megangkat beban, trutama beban ringan
sampai dengan beban sedang. Untuk mengangkat beban yang berat disarankan
menggunakan teknik squat.
Daftar Pustaka
1. Ayoub, M. M., and Mital, A., Manual Materials
Handling, Taylor & Francis Publishers, London,
1989.
2. Bazrgari, B., Shirazi-Adl, A., and Arjmand, N.,
Analysis of Squat and Stoop Dynamic Lifting: Muscle Forces and Internal Spinal
Loads, Journal of Eur Spine, 16, 2007, pp. 687-699.
3. Delitto, R. S., and Rose, S. J., An
Electromyographic Analysis of Two Techniques for Squat Lifting and Lowering, Journal
of Physical Therapy, 72, 1992, pp. 438-448.
4. Dieen, J. H. V., Hoozemans, M. J. M. V., and
Toussaint, H. M. V., A Review of Biomechanical Studies on Stoop and Squat
Lifting, Proceedings of the Human Factors and Ergonomics Society
Annual Meeting, 44, 2000, pp. 643-646.
5. Gant, L., Fethke, N., and Gerr, F., Spectral
Analysis of Root-Mean-Square Processed Surface Electromyography Data as a
Measure of Repetitive Muscular Exertion, Proceedings of the Human
Factors and Ergonomics Society Annual Meeting, 56, 2012, pp.1140-1144.
6. Gill, K. P., Bennett, S. J., Savelsbergh, G. J.
P., and van Dieen, J. H., Regional Changes in Spine Posture at Lift Outset with
Changes in Lift Distance and Lift Style, Journal of Eur Spine, 32, 2007,
pp. 1599-1604.
7. Grandjean, E., Fitting the Task to the Man,
Taylor & Francis Publishers, London, 2000.
8. Hassanlouei, H., Nielsen, L. A., Kersting, U. G.,
Falla, D., Effect of Exercise-Induced Fatigue on Postural Control of the Knee, Jornal
of Electromyography and Kinesiology, 22(3), 2012, pp. 342-347.
9. Khoiri, M., Tinjauan Aplikasi Elektromiografi
dalam Ergonomi. Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir,
Yogyakarta, 2008, pp. 217-223.
10. Kingma, I., Boch, T., Bruins, L., and van Dieen,
J. H., Foot Positioning Instruction, Initial Vertical Load Position and Lifting
Technique: Effects on Low Back Loading, Journal of Ergonomics, 47, 2004,
pp. 1365-1385.
11. Kumar, S., and Mital, A., Electromyography in
Ergonomics, Taylor & Francis Publisher, London, 1996.
12. Kumashiro, M., Evaluation of Human Work:
Practical Measurement of Psychophysiological Functions for Determining
Workloads, Taylor & Francis Publishers, London, 2005, pp. 605-627.
13. Lee, P. J., Lee, E. L., and Hayes, W. C.,
Biomechanical Trade-Offs in Manual Material Handling: Some Tasks Reduce Lumbar
Loading but Increase Thoracic Loading, Proceedings of the Human
Factors and Ergonomics Society Annual Meeting, 56, 2012,
pp.1192-1195.
14. Marras, W., Selected Topics in Surface
Electromyography for Use in the Occupational Setting: Expert
Perspectives, U.S. Department of Health and Human Services, National
Institute for Occupational Safety and Health, 1992.
link :
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ind/article/view/18705